ANALISIS KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES) SISWA SUKU DAYAK IBAN SEBARU KELAS V DI SD NEGERI 31 PEDADANG HULU TAHUN AJARAN 2024/2025

Ayu,2025, Analisis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Siswa
Suku Dayak Iban Sebaru Kelas V Di Sd Negeri 31 Pedadang Hulu Tahun
Ajaran 2024/2025. SKRIPSI, Program Studi PGSD STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang.Pembimbing I:Eliana Yunitha Seran, M.Pd,
Pembimbing II: Yuniarti Essi Utami, M.Pd.
Kata Kunci: Kecerdasan, Budaya, Siswa, Pembelajaran, Guru.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya penerapan teori
kecerdasan majemuk dalam pembelajaran yang mempertimbangkan latar
belakang budaya lokal peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) siswa kelas V Suku Dayak Iban Sebaru di SD Negeri 31
Pedadang Hulu Tahun Ajaran 2024/2025. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data
melalui angket, observasi, wawancara serta dokumentasi. Narasumber
dalam penelitian ini yaitu siswa, guru, orang tua siswa kelas V serta toko
adat (ketua adat dan temenggung). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
setiap siswa memiliki potensi kecerdasan yang berbeda-beda, sesuai dengan
teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Ditemukan bahwa
kecerdasan Verbal-Linguistik dan Naturalis memiliki persentase tertinggi,
yaitu masing-masing sebesar 78,33%, yang menandakan dominasi dalam
kemampuan berbahasa dan kepekaan terhadap lingkungan alam. Disusul
oleh kecerdasan Kinestetik (76,45%) dan Interpersonal (68,33%) yang juga
tergolong tinggi. Kategori kecerdasan sedang meliputi Visual-Spasial
(54,72%), Logis-Matematis (54,35%), dan Intrapersonal (47,22%).
Sementara itu, kecerdasan Musikal (46,25%) dan Eksistensial (42,70%)
termasuk dalam kategori rendah. Budaya lokal suku Dayak Iban Sebaru
memiliki peranan penting dalam perkembangan beberapa kecerdasan,
seperti kinestetik, naturalis, linguistik, dan interpersonal. Aktivitas seharihari yang berkaitan dengan alam, tradisi bercerita, gotong royong, serta
keterlibatan dalam upacara adat memperkuat perkembangan kecerdasan
tersebut. Namun, keterbatasan fasilitas dan metode pembelajaran yang
kurang variatif menyebabkan kecerdasan visual-spasial dan logis-matematis
belum berkembang optimal. Kesimpulan dari penelitian ini pengembangan
pembelajaran yang kontekstual, berbasis budaya, serta peningkatan sarana
dan pelatihan guru sangat penting untuk mengoptimalkan seluruh potensi
kecerdasan siswa. Penelitian ini disarankan menjadi referensi bagi guru,
sekolah, dan lembaga pendidikan dalam merancang pembelajaran yang
lebih adaptif dan berorientasi pada potensi lokal peserta didik.